Rahasia Tirakat Gus Iqdam Meraih Kesuksesan Usia Muda

- Minggu, 28 Januari 2024 | 02:01 WIB
Rahasia Tirakat Gus Iqdam Meraih Kesuksesan Usia Muda

GELORA.ME - Dalam beberapa tahun terakhir ini nama Gus Iqdam atau Muhammad Iqdam Kholid menyeruak dan beranjak ke jajaran papan atas pendakwah muda populer, di Indonesia. Gaya ngajinya renyah dan mudah diikuti. Kekhasan lainnya adalah sesi dialog yang selalu diadakan dalam tiap pengajiannya.

Uniknya, jemaah Gus Iqdam berasal dari beragam kalangan. Ada anak jalanan, pengamen, pemabuk, petani, pedagang, pejabat dan lain sebagainya.

Baca Juga: 6 Tempat Kuliner Thailand di Jogja

Dalam berbagai kesempatan, Gus Iqdam menyebut apa yang dicapainya kini bukan karena kemampuannya, melainkan berkah dari para leluhurnya. Ucapan ini sontak membuat banyak orang penasaran mengenai sosok dan silsilah Gus Iqdam.

Dalam usianya yang masih tergolong muda ini, Gus Iqdam mampu meraih kesuksesan dan mencapai puncak popularitasnya. Jemaah Gus Iqdam juga meyakini, kalau sosok pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah ini, meskipun memiliki usia yang masih sangat muda

Mengapa Gus Iqdam memiliki banyak kemuliaan dan keutamaan disamping memiliki banyak jemaah. Semua butuh tirakat dan perjuangan yang tidak mudah. Tirakatnya ia mulai semasa menimba ilm di pesantren Al-Falah Ploso, Kediri.

Gus Iqdam mengalami perjalanan cukup panjang sehingga ia mampu mencapai puncaknya saat ini. Selama di pesantren, Gus Iqdam merasakan bagaimana tersiksanya dirinya karena memang sedari awal ia tidak ingin nyantri.

Baca Juga: Tiga Sayap PPP di Kulonprogo Deklarasi Gabung Prabowo Gibran

Hal ini terpaksa ia lakoni karena keinginannya mendapatkan sepeda motor bahkan mobil Panther impiannya yang dijanjikan ayahnya ketika itu, jika dirinya bersedia mesantren.

Niat di pesantren tidak untuk mencari ilmu tapi untuk mendapatkan hadiah menggiurkan dari sang ayah. Namun ketika gurunya, KH Munif Djazuli (Mbah Yai Munif) meninggal dunia, ia mulai merasakan datangnya hidayah yang menyadarkan hatinya.

Sepeninggal gurunya, hari-harinya dipenuhi rasa bersalah dan menyesal. Salah satunya, karena selama mesantren, ia sama sekali belum pernah sowan kepada Mbah Yai Munif ini. Ia pun merasa khawatir kalau-kalau dirinya tidak mendapatkan keberkahan di pesantren.

Meskipun belum sempat sowan ke Mbah Yai Munif, namun silaturahmi ini bisa disambungkan lewat putra-putrinya. Dan dengan cara ini, menurut Gus Dalhar, Gus Iqdam tetap mendapatkan keberkahan.

Inilah puncak perubahan hidupnya. Keinginan menebus kesalahannya, selain mengaji ia pun rajin melakukan tirakat puasa hingga memasak sendiri.

Dia jauh sekali dari hidup manja. Bahkan keinginan awal hadiah motor dan mobil ayahnya seketika itu juga sirna. Keinginannya hanya satu, di pesantren ia ingin menjadi orang yang berguna dan mendapatkan hidup yang berkah dari Allah SWT. (*)

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: krjogja.com

Komentar