Pernyataan keras dilontarkan oleh Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, yang menyoroti dugaan peran besar mantan Rektor UGM sekaligus eks Sekretaris Negara, Pratikno, dalam berbagai rekayasa politik semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Sutoyo tak ragu menyebut Pratikno sebagai “pelacur intelektual” karena perannya yang dinilai sangat licik dan destruktif terhadap etika bernegara dan konstitusi.
Menurut Sutoyo, awal dari berbagai petaka politik ini dimulai ketika Pratikno, atas perintah Jokowi, diduga mengendalikan proses pendaftaran pencalonan presiden tahun 2014 dengan cara yang sangat manipulatif. Pratikno disebut-sebut menjadi sosok yang mengatur agar Jokowi dapat lolos pencalonan meski hanya menggunakan fotokopi ijazah, tanpa pernah menunjukkan dokumen asli kepada publik maupun pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sebagai rektor UGM saat itu, Pratikno memiliki otoritas akademik yang dimanfaatkan untuk meyakinkan KPU, bahkan hingga tingkat nasional. “Ijazah fotokopi Jokowi yang diduga palsu bisa dilegalisir karena Pratikno menjadi pintu legitimasi intelektual,” tegas Sutoyo kepada www.suaranasional.com, Selasa ,(22/4/2025)
Menurutnya, rekayasa ini sudah terstruktur dari tingkat KPU kota Solo, DKI Jakarta, hingga KPU pusat.
Bukan hanya dalam isu ijazah, Pratikno juga disebut memainkan peran besar dalam menyusun dan mengarahkan berbagai langkah politik Jokowi. Sebagai Sekretaris Negara selama dua periode, Pratikno berada di jantung kekuasaan dan menjadi operator utama komunikasi serta strategi politik pemerintah, termasuk pengaruhnya terhadap lembaga-lembaga seperti KPU, Mahkamah Konstitusi (MK), bahkan lembaga pendidikan tinggi.
Sutoyo menyebut Pratikno sebagai “sutradara di balik panggung”, yang bahkan dipercaya menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Presiden ketika Jokowi melawat ke luar negeri—sebuah posisi yang tidak lazim dan menunjukkan tingginya kepercayaan personal sekaligus kekuasaan informal yang dipegangnya.
Salah satu contoh paling mencolok dari dugaan rekayasa Pratikno adalah keterlibatannya dalam meloloskan Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, sebagai calon wakil presiden 2024. Keputusan Mahkamah Konstitusi yang kontroversial—disebut menyisipkan norma hukum baru terkait batas usia capres/cawapres—menjadi bukti menurut Sutoyo bahwa tangan-tangan kekuasaan seperti Pratikno masih bekerja.
“MK tidak berwenang mengubah undang-undang tanpa konsultasi DPR, tapi semua bisa disulap. Gibran pun lolos sebagai cawapres dan dijuluki sebagai anak haram konstitusi,” tegas Sutoyo.
Tak hanya itu, Sutoyo juga menuding Pratikno sebagai figur kunci yang “menyandera” berbagai pihak—dari para menteri, anggota DPR, ormas keagamaan, hingga kampus-kampus—untuk menjalankan agenda politik Jokowi. Ia bahkan menyebut rektor UGM saat ini berada dalam kendali Pratikno.
“Dia telah menjual intelektualitasnya demi jabatan dan uang. Dari seorang ilmuwan menjadi pelacur politikus. Ini adalah degradasi moral dan intelektual yang sangat berbahaya,” ujar Sutoyo.
Menurutnya, Pratikno bukan sekadar mantan pejabat, tetapi tokoh yang mewakili wajah politik oligarki era Jokowi. Kekuasaan yang melekat padanya dinilai masih hidup, meski Jokowi secara formal telah lengser. “Dia adalah jembatan utama yang menghubungkan kepentingan oligarki dengan instrumen kekuasaan negara,” tandasnya.
Sutoyo menutup pernyataannya dengan peringatan keras bahwa peran Pratikno adalah simbol kehancuran moral birokrasi dan kehormatan kampus. “Bangsa ini sedang dibawa pada kehancuran akibat kolaborasi intelektual dengan politik kotor. Pratikno adalah contoh nyata bagaimana seorang ilmuwan bisa berubah menjadi pelacur intelektual karena kekuasaan dan uang.”
Ia menyerukan pentingnya penelusuran rekam jejak dan akuntabilitas terhadap figur-figur intelektual yang menyalahgunakan pengaruhnya demi kepentingan politik sempit, serta menyerukan rakyat dan masyarakat kampus untuk tidak diam melihat kerusakan yang sedang terjadi.
Sumber: suaranasional
Foto: Ilustrasi/Net
Artikel Terkait
Vatikan Umumkan Paus Fransiskus Wafat karena Stroke dan Gagal Jantung, Dikonfirmasi Prosedur EKG
Ambisi Jokowi Pindahkan Ibu Kota Negara Berpeluang Ambyar
Ridwan Kamil Masih Kasih Kesempatan Lisa Mariana Itikad Baik Meski Sudah Laporkan ke Polisi
Patrick Kluivert Panik, 5 Pemain Timnas Indonesia Berpotensi Jadi Pengangguran pada Musim Panas 2025