Partai Berebut Efek Jokowi, Dinilai Tak Percaya Diri

- Kamis, 18 Mei 2023 | 23:00 WIB
Partai Berebut Efek Jokowi, Dinilai Tak Percaya Diri

Jakarta: Pakar politik Universitas Airlangga Kris Nugroho menilai ada ketidakpercayaan diri dari pendukung calon presiden yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto dan calon presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat dari pernyataan para pendukung keduanya yang berebut efek dari Joko Widodo untuk meningkatkan suara elektoralnya.

Kondisi ini bisa jadi akan menimbulkan ketegangan di tengah suhu politik yang mulai memanas. “Efek Jokowi ini sebetulnya saya melihat ada yang tidak percaya diri dan ini bisa jadi ada potensi bersitegang,” ujarnya, Kamis, 18 Mei 2023.

Kondisi ini juga terjadi pada partai lainnya yang digadang-gadang membentuk koalisi besar. Secara psikologi partai politik juga baru menyadari posisinya yang berada dalam hegemoni atau subkoordinasi PDI Perjuangan.

“Padahal kalau sudah menunjuk Ganjar itu bisa maju sendiri. Artinya PDIP ada ketidak percayaan diri karena kekuatan elektoralnya terbatas jika hanya berdasarkan kadernya maka dia butuh partai lain untuk mendukung capresnya," kata dia.

Pernyataan yang mengatakan relawan Jokowi berpotensi menjerumuskan atau Jokowi setengah hati mendukung Ganjar juga tidak bisa diabaikan. Manuver yang dilakukan mantan Wali Kota Solo itu disebutnya sebagai upaya meningkatkan nilai tawar kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

  Baca: Cegah Warga Apatis, Parpol Diminta Berbenah

“Menurut saya ini strateginya untuk menaikan nilai tawarnya ke Megawati. Karena dia sadar betul dia punya modal untuk menggerakan. Pasti Megawati menyadari kekuatan projo itu sehingga akan menyodorkan cawapres versi Jokowi,” ungkapnya.

Berbagai strategi yang dilakukan Jokowi seperti hadir dalam Musra dan mengundang parpol koalisi termasuk memunculkan tiga nama calon presiden versi pendukungnya, merupakan investasi poliitik yang berisiko karena lembaga kepresidenan harus dijamin dari ombang ambing tarikan politik.

“Apakah ini strategi Jokowi yang diketahui Megawati untuk memecah perhatian lawan politiknya tapi tampaknya ini bisa jadi kontra produktif dengan adanya koalisi bersama. Adanya counter attack dari kenetralan kelembagaan kepresidenan. Harusnya dia bisa menahan diri," kaa dia.

Sedangkan menurut pakar pakar politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan yang perlu digarisbawahi saat ini adalah gimik atau dinamika politik yang selalu berkembang. Hal tersebut pasti memunculkan pro dan kontra.

“Yang pasti Jokowi efek itu selalu jadi faktor determinan meraih suara apalagi saat ini dia masih punya relawan. Artinya ini yang jadi poin penting efek Jokowi bisa berpengaruh besar pada elektoral suatu calon,” ucapnya.

Terkait dengan ketegangan yang bisa terjadi antara tiga poros sangat tergantung oleh para elit partai politik. Publik sebetulnya bisa menyaksikan para elit parpol yang saat ini masih saling berkomunikasi.

Sedangkan dengan sikap para pendukung Jokowi dan Prabowo yang saling saling melempar pandangan untuk merebut Jokowi efek dan bisa menimbulkan ketegangan, hal itu tidak mungkin terjadi. Sebab Jokowi selalu mengikuti arah partai politiknya.

“Kembali lagi kepada para elit karena di tingkat atas sebenarnya para elit saling komunikasi. Semua tergantung pada sikap elitnya," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news GELORA.ME

Sumber: medcom.id

Komentar